Thursday, October 13, 2016

ANDALUSIA SEBAGAI PUSAT ILMU PENGETAHUAN ( 2 )

Ketika sains Arab merosot di bumi Islam Timur, ia berkembang maju di bumi Baratnya. Cordoba mengambil alih posisi Baghdad sebagai pusat pembelajaran, sementara Toledo dan Seville turut pula dalam usaha intelektual. Sarjana Arab Spanyol membangun di atas dasar yang telah dibangun oleh saudara seagama mereka di Irak, Suriah, Mesir, dan Pakistan. Zaman keemasan mereka berlangsung antara abad ke-11 hingga ke-12.
Ketika sains Arab merosot di bumi Islam Timur, ia berkembang maju di bumi Baratnya. Cordoba mengambil alih posisi Baghdad sebagai pusat pembelajaran, sementara Toledo dan Seville turut pula dalam usaha intelektual. Sarjana Arab Spanyol membangun di atas dasar yang telah dibangun oleh saudara seagama mereka di Irak, Suriah, Mesir, dan Pakistan. Zaman keemasan mereka berlangsung antara abad ke-11 hingga ke-12. 

-- Hitti, 1970: 112 --



Dukungan Pemerintah 

Perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan dukungan yang kuat dari pemerintah. Tidak ada negara yang maju ilmu pengetahuannya tanpa didukung secara penuh oleh pemerintah. Dukungan pemerintah tersebut dapat berupa pembangunan infrastruktur, penyediaan tenaga pengajar, maupun fasiltas penunjang pendidikan seperti perpustakaan dan laboratorium. Demikian pula halnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Andalusia. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di negeri ini dimungkinkan karena adanya dukungan dari pemerintah dan situasi politik yang kondusif. 

Dukungan yang kuat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu ciri khas pemerintah dalam sejarah Islam. Pemerintahan Islam di zaman Rasulullah Saw, Khulafâ’ ar-Râsyidûn, Dinasti Umayyah, dan Dinasti Abbasiyah sangat menekankan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan. Inilah salah satu faktor penting yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di kalangan muslim pada masa-masa kejayaannya. 


Demikian pula halnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Andalusia. Dalam jangka waktu antara tahun 711 hingga 1492, Andalusia diperintah oleh beberapa emirat dan kekhalifahan serta beberapa kerajaan kecil. Setiap pemerintah memberikan sumbangan yang besar kepada perkembangan dan kemajuan keilmuan di Andalusia. Namun, para sejarawan menganggap bahwa masa pemerintahan Dinasti Umayyah sebagai penyumbang terbesar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Andalusia Abad Pertengahan. 

Bammate (1981:9) mengatakan, “Masa kejayaan Islam yang paling cemerlang dengan tidak dapat disangkal lagi adalah zaman Khalifah Abbasiyah di Baghdad (750–1248) dan Umayyah Spanyol (755–1492).” Ia juga mengutip kata-kata Gustave Le Bon, seorang penulis Prancis, yang mengatakan, ”Pada masa ketika seluruh Eropa terjerumus ke dalam kegelapan Barbarisme, Baghdad dan Cordoba, dua kota besar yang dikuasai Islam, merupakan pusat peradaban yang menerangi seluruh dunia dengan cahaya kegemilangannya.”

Dukungan pemerintahan Umayyah di Andalusia terhadap ilmu pengetahuan telah dimulai pada masa pemerintahan pertama Dinasti Umayyah di bawah pimpinan Emir ‘Abd ar-Rahmân I (756–788 M). Ia memberikan dukungan yang besar kepada perkembangan ilmu pengetahuan di Andalusia terutama bidang sastra. ‘Abd ar-Rahmân I adalah seorang pemimpin yang terpelajar dan sangat menyukai sastra, terutama syair. Bahkan ia membuat syair untuk dirinya sendiri. Menurut Irving, ‘Abd ar-Rahmân I telah menulis syair berjudul “Memori Tentang Suriah”. Syair ini berkaitan dengan rasa rindu ‘Abd ar-Rahmân I terhadap kampung halamannya di Suriah. Untuk mendukung kegiatan kesusastraan, ‘Abd ar-Rahmân I membangun suatu tempat khusus bagi kegiatan sastra di kalangan perempuan yang diberi nama Dâr al-Madaniyyât. Ia juga mengundang para ahli sastra ke istananya, seperti Abû al-Mutahasaha, Syekh Abu Mûsâ Hawarî, ‘Isâ bin Dînâr, Yahyâ bin Yahyâ, dan Sa‘îd bin Hasan.

Hisyâm I (788–796), yang menggantikan ‘Abd ar-Rahmân I, juga seorang penguasa yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahannya, dibangun beberapa sekolah untuk mempelajari bahasa Arab, yang ala itu menjadi bahasa resmi Andalusia. Pada masanya pula bahasa Arab digunakan secara luas, termasuk dalam kegiatan gereja, sehingga melemahkan penggunaan bahasa Arab di Andalusia. Ia juga berhasil menjadikan bahasa Arab sebagai lingua franca dalam hubungan internasional pada zamannya dan zaman berikutnya. Sama dengan ayahnya, Hisyâm I sangat menyukai sastra, khususnya syair. Bahkan ia adalah seorang penyair yang andal. Salah seorang penyair terkenal yang tinggal di istananya adalah ‘Amr bin ‘Alî Ghaffâr. 

Khalifah lain yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan ialah ‘Abd ar-Rahmân II (822–852). Ia mendirikan berbagai sekolah dan institusi keilmuan bagi orang yang tidak mampu. Sekolah dan lembaga pendidikan tersebut didirikan di beberapa kota penting di Andalusia dan ditanggung sepenuhnya oleh negara. ‘Abd ar-Rahmân II juga membangun gelanggang khusus yang bisa digunakan oleh para cendekiawan untuk berdiskusi dan perpustakaan di kota Cordoba. Ia pun menjadi pelindung para ilmuwan dan penyair yang datang ke istananya. Ia mengutus ‘Abbâs bin Nâsih ke Mesopotamia untuk mengumpulkan buku-buku baru yang jarang ditemui, terutama terjemahan bahasa Arab oleh orang Persia dan hasil karya intelektual Yunani dalam bidang sains. Penguasa yang paling besar jasanya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Andalusia ialah Khalifah ‘Abd ar-Rahmân III atau an-Nâsir li Dînillâh (912–961) dan al-Hakam II al-Mustansir (961–976). ‘Abd ar-Rahmân III membuka sekolah-sekolah baru di seluruh wilayah pemerintahannya dan membangun rumah-rumah yatim di setiap kota. Sekitar 500 orang pelajar dari seluruh rumah yatim ini telah mendapat pendidikan yang selayaknya pada masa pemerintahan ‘Abd ar-Rahmân III. Di antara ilmuwan yang terkenal pada masa ‘Abd ar-Rahmân adalah Ibnu Masarrah (ahli filsafat), Ibnu al-Ahmar (ahli sejarah), Ahmad bin Nasr dan Maslamah bin al-Qâsim (ahli astronomi), ‘Ârib bin Sa‘îd, dan Yahyâ bin Ishâq. 

‘Abd ar-Rahmân III juga meneruskan usaha penerjemahan yang telah dimulai pada masa ‘Abd ar-Rahmân II. Pada masanya ini banyak hasil karya Yunani kuno yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ia sering memberikan hadiah kepada para ilmuwan, baik yang muslim maupun nonmuslim. Misalnya, ia memberikan hadiah kepada Nicolas dan Hasdai, sarjana Yunani dan Yahudi. Pada masanya pula dibangun universitas-universitas, penerbitan buku, industri kertas, dan berbagai sarana pendukung kegiatan intelektual lainnya. 

Khalifah al-Hakam II, penerus ‘Abd ar-Rahmân III, melanjutkan usaha-usaha untuk memajukan ilmu pengetahuan di wilayahnya. Ia memberikan dukungan kepada ilmuwan-ilmuwan muslim seperti Ibnu ‘Abdi Rabbihî, al-Qâlî, az-Zubaidî, dan Ibnu Qûtiyah. Ia juga menjadi pelindung bagi ilmuwan terkenal yang berada di luar Andalusia, seperti Abû Faraj pengarang buku al-Aghânî dan Hamdani seorang ahli sejarah.

Al-Hakam II juga membangun beberapa lembaga pendidikan umum di seluruh Andalusia. Untuk memudahkan urusan di bidang pendidikan, ia mengangkat saudaranya, al-Mundzir, sebagai pengelola lembaga-lembaga pendidikan ini. Pada masa pemerintahannya pula Unversitas Cordoba diperluas dan ditingkatkan peranannya sehingga menjadi universitas terbaik dan terbesar di dunia pada waktu itu. Universitas Cordoba berhasil menandingi Universitas Al-Azhar di Kairo dan Universitas Nizamiyah di Baghdad. Pada masa pemerintahannya, banyak pelajar dari berbagai wilayah di Eropa, Afrika, dan Asia, baik muslim maupun nonmuslim datang ke Andalusia untuk menimba ilmu. 

Al-Hakam II sendiri adalah seorang sarjana yang sangat tekun menuntut ilmu. Menurut ahli sejarah, tidak ada seorang raja pada zaman itu yang sebanding dengannya dalam bidang keilmuan. Di antara guru-gurunya adalah Qâsim bin Asbagh, Ahmad bin Dahim, Muhammad bin ‘Abd as-Salâm al-Khusyânî, Zakariyyâ bin al-Khattâb, dan Tsâbit bin Qâsim. Ia gemar membaca dan mengoleksi buku. Ia berusaha mengumpulkan buku-buku dan manuskrip berharga yang sukar diperoleh dengan mengirim para petugasnya ke semua pusat perkembangan keilmuan pada waktu itu, seperti Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Iskandariyah. Mereka ditugaskan membeli dan menyalin buku-buku di kota-kota tersebut tanpa memperhitungkan berapa pun harganya. Sebagai contoh, Khalifah al-Hakam II dikatakan sanggup membeli naskah pertama al-Aghâni karya Abû Faraj al-Isfahânî (897–966) dengan harga 1.000 dinar emas. Kitab yang terdiri dari 20 jilid itu berisi himpunan sajak dan lagu yang disebarluaskan di Andalusia sebelum tersebar di wilayah Islam lainnya.

Al-Hakam II mempekerjakan para penyalin, penjilid, dan penghias buku yang ditugaskan khusus untuk merawat buku-buku dan manuskrip yang terdapat di perpustakaannya. Selain itu, al-Hakam juga mendirikan scriptorium (sinâ‘at an-nas) dan tempat penjilidan buku di kompleks istananya. Pada masanya pula seluruh masyarakat Andalusia dapat membaca dan menulis. Sebaliknya, di Eropa Kristen, hanya sebagian golongan saja yang dapat mengenyam pendidikan dan kebanyakan mereka adalah para pendeta.

Al-Hakam II adalah khalifah yang sangat memerhatikan keadaan ekonomi rakyatnya. Ia mendirikan Dewan Amal (Dâr as-Sadaqah) di dekat masjid, dan dana yang diperoleh dari sumbangan para dermawan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Al-Hakam II juga membangun sekitar 27 sekolah umum dan para pelajar yang berasal dari keluarga kurang mampu dibebaskan dari segala biaya. Guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah ini diberi gaji yang cukup dari kas negara yang dikumpulkan dari cukai dan retribusi perniagaan dan bazar-bazar di Cordoba. 

Setelah pemerintahan Umayyah tumbang, penguasa-penguasa Islam selanjutnya juga mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Pemerintahan Muwahhidun, misalnya, berusaha keras mengumpulkan para ilmuwan dari seluruh dunia untuk mengisi kebutuhan akan tenaga pengajar di lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang mereka dirikan. Pemerintah Muwahhidun juga memperkenalkan aliran Asy’ariyah dan pemikiran al-Ghazâlî sehingga muncullah berbagai aliran pemikiran dalam ilmu kalam (teologi) yang sebelumnya tidak mendapat perhatian luas dari masyarakat Andalusia. Pemerintahan Muwahhidun juga mendukung berkembangnya ilmu tafsir dengan berbagai macam pendekatan.

----oooo----

No comments:

Post a Comment