Thursday, June 2, 2011

Metode Sentra dan Sejarahnya


Konsep dasar Metode Sentra (pendekatan sentra dan lingkaran) atau beyond centers and circles time (BCCT) dalam pendidikan usia dini dinilai cocok untuk kondisi Indonesia yang sangat beragam, karena mengutamakan keunggulan dan budaya lokal.

Keunggulan Metode Sentra itu menciptakan setting pembelajaran untuk merangsang anak agar aktif, kreatif dan mandiri dengan menggali pengalamannya sendiri, bukan sekadar mengikuti perintah guru, meniru atau menghafal. Hal itu dikemukakan oleh Gusnawirta T Fasli, Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi).


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ditujukan kepada anak baru lahir hingga usia tujuh tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani, sehingga anak siap memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.

Metode Sentra merupakan suatu pendekatan dalam penyelenggaraan PAUD/SD yang merupakan pengembangan dari pendekatan Montessori, High Scope dan teori lainnya. Konsep ini menyempurnakan pendekatan yang telah ada.

Metode Sentra memerlukan perubahan paradigma dari kebiasaan mengajar guru menjadi fasilitator. Untuk itu, diperlukan sebuah pelatihan yang intensif terhadap para guru.

Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal Depdiknas Hamid Muhammad mengatakan bahwa usia 0-7 tahun merupakan “usia emas” seorang anak, karena sangat menentukan dalam proses kecerdasan dan perkembangan fisiknya di kemudian hari. Malah, usia produktivitas seseorang di masa dewasa ditentukan oleh oleh kualitas usia emas yang dilaluinya pada masa usia dini. Oleh karena itu, PAUD/SD harus menjadi perhatian dan prioritas oleh berbagai pihak.

Metode Sentra lahir dari serangkaian pembahasan di Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) di Florida, Amerika Serikat. CCCRT meramu kajian teoritik dan pengalaman empirik dari berbagai pendekatan.
Dari Montessori, Highscope, Head start, hingga Reggio Emilia.
CCCRT dalam kajiannya telah diterapkan di Creative Pre School selama lebih dari 33 tahun.

Metode Sentra dianggap paling ideal diterapkan di Tanah Air. Selain tidak memerlukan peralatan yang banyak, kecerdasan jamak anak bisa dioptimalkan. Metode Sentra diyakini mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple intelligences) melalui bermain yang terarah. Setting pembelajaran mampu merangsang anak saling aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalaman sendiri. Jelas berbeda dengan pembelajarn konvensional yang menghendaki murid mengikuti perintah, meniru, atau menghapal.

Kurikulum Metode Sentra diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali oleh anak itu sendiri. Anak didorong untuk bermain di sentra-sentra kegiatan. Sedangkan pendidik berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak. Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaiannya pun disesuaikan dengan tingkatan perkembangan dan kebutuhan setiap anak yang berbeda-beda.

Semua tahapan perkembangan anak dirumuskan dengan rinci dan jelas.
Sehingga, guru punya panduan dalam penilaian perkembangan anak. Kegiatan
pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas. Dari penataan lingkungan main
sampai pada pemberian pijakan-pijakan (scaffolding).

Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil
keputusan sendiri, tanpa mesti takut membuat kesalahan. Setiap tahap perkembangan bermain anak dirumuskan secara jelas, sehingga dapat menjadi acuan bagi pendidik melakukan penilaian perkembangan anak.

Penerapan Metode Sentra tidak bersifat kaku. Bisa saja dilakukan secara bertahap, sesuai situasi dan kondisi setempat. Lingkungan bermain yang bermutu untuk anak usia dini setidaknya mampu mendukung tiga jenis main yang dikenal dalam penelitian anak usia dini.

Metode Sentra merupakan konsep belajar di mana guru-guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mencoba sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat sekarang dan kelak.

Departemen Pendidikan Nasional (kini Kementerian Pendidikan Nasional), melalui inisiatif Dr. Fasli Jalal (kini Wakil Mendiknas) yang melihat keunggulan metode ini segera menggandeng Dr. Pamela Phelps, pengembang konsep tersebut, menjadi konsultan untuk penerapannya di Indonesia.

Namun, setelah 14 tahun masih terkesan asing bagi banyak penyelenggara pendidikan anak usia dini. Ini antara lain disebabkan oleh terbatasnya dukungan sumberdaya yang dialokasikan untuk menyebarkan Metode Sentra. Penyebab lainnya adalah munculnya persepsi keliru tentang Metode Sentra, sehingga membuat banyak penyelenggara pendidikan anak usia dini enggan atau belum berani menerapkannya. Metode ini masih dianggap mahal dan sulit diterapkan – suatu hal yang diterobos oleh Sekolah Batutis Al-Ilmi Bekasi, yang mampu membuktikan bahwa Metode Sentra justru sangat bisa diterapkan bahkan untuk anak-anak miskin dan diselenggarakan secara gratis.

Hal lain yang sebenarnya menjadi permasalahan utama adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman guru tentang metode ini.

################

No comments:

Post a Comment