Wednesday, June 22, 2016

Mesquita : Masjid Agung Cordoba

Katedral (the Cathedral) dan bekas Masjid Besar Cordoba (Great Mosque of Córdoba), dalam istilah ecclesiastic disebut Catedral de Nuestra Señora de la Asunción (Inggris:Cathedral of Our Lady of the Assumption), dan dikenal oleh masyarakat Cordoba dengan nama Mezquita-Catedral (Inggris: Mosque–Cathedral), adalah salah satu situs warisan dunia dan katedral diocese of Cordoba
Katedral (the Cathedral) dan bekas Masjid Besar Cordoba (Great Mosque of Córdoba), dalam istilah ecclesiastic disebut Catedral de Nuestra Señora de la Asunción (Inggris:Cathedral of Our Lady of the Assumption), dan dikenal oleh masyarakat Cordoba dengan nama Mezquita-Catedral (Inggris: Mosque–Cathedral), adalah salah satu situs warisan dunia dan katedral diocese of Cordoba. 

Situs ini pada awalnya adalah kuil dari suatu agama pagan kemudian menjadi gereja Kristen Visigoth sebelum penguasa Dinasti Umayyah mengubahnya menjadi sebuah masjid, dan kemudian membangun sebuah masjid baru di situs tersebut. 

Bangunan ini terletak di kota Cordoba Andalusia, Spanyol. Mezquita dianggap sebagai monument yang paling lengkap dari Kekhalifahan Umayyah di Cordoba. Setelah selesainya Reconquista Spanyol, bangunan ini menjadi gereja Katolik Roma. Belakangan sebuah katedral dibangun di tengah bangunan besar yang dibangun kaum Muslim

Sejarah Asal Muasal dan Kaum Muslim

Bangunan ini pertama dibangun kira-kira tahun 600 M dalam bentuk gereja St. Vincent dari Kristen Visigoth. Setelah penaklukan Islam terhadap kerajaan Visigoth, Emir Abd ar-Rahman I membeli gereja tersebut. Abd ar-Rahman I dan penerusnya melakukan pemugaran selama lebih dari 2 abad menjadi sebuah masjid. Pemugaran ini dimulai pada tahun 784. Abd ar-Rahman I menggunakan masjid ini yang awalnya disebut masjid Aljama’ sebagai tambahan istananya dan menamakannya untuk sebagai penghormatan terhadap istrinya. 

Beberapa pendapat berusaha menjelaskan orientasi ortodoks yang terdapat dalam masjid tersebut. Secara tradisional, mihrab masjid menghadap ke arah Makkah; dengan menghadap ke mihrab, orang-orang yang shalat juga menghadap ke Makkah. Kota Makkah berada di sebelah tenggara masjid tersebut namun mihrabnya menghadap ke selatan. Ada yang berpendapat bahwa mihrab tersebut menghadap ke selatan karena fondasi masjid tersebut berasal konstruksi Romawi dan Visigoth lama. Ada pula yang berpendapat bahwa Abd ar-Rahman mengarahkan mihrab tersebut arah selatan seolah-olah ia masih berada di ibukota Dinasti Umayyah di Damaskus dan tidak berada dalam pengasingan. Pendapat lain mengatakan bahwa hal itu terjadi karena ke emiratan Cordoba menganut mazhab Maliki. Menurut para pemuka mazhab ini, shalat yang dilakukan seseorang tetap sah meskipun arah shalatnya menyimpang dari letak Ka’bah yang sesungguhnya sebanyak 89 derajat. 

Masjid ini mengalami beberapa kali perubahan: Abd ar-Rahman III membangun sebuah menara baru, sementara Al-Hakam II, pada tahun 961 memperluas bangunan dan mempercantik mihrabnya. Pemugaran terakhir dilakukan oleh Al-Mansur ibn Abi Amir pada tahun 987. Masjid ini dihubungkan dengan istana khalifah oleh sebuah jalan. Adanya masjid dalam istana merupakan tradisi para penguasa Muslim turun temurun. 

Design

Kota tempat dibangunnya masjid ini mengalami beberapa kali invasi dan masing-masing penakluk memberi tanda pada arsitektur kota terserbut. 

Bangunan ini sangat terkenal dengan lengkungan-lengkungan raksasanya yang terdiri dari 856 tiang yang terbuat dari jasper, onyx, marmer, dan granit. Tiang-tiang ini dibuat dari sisa-sia kuil Romawi yang telah ada sebelumnya dan bangunan-bangun Romawi yang telah runtuh. 

Lengkungan gandanya merupakan model arsitektur terbaru pada zamannya dan membantu untuk menopang beban berat dari langit-langit di atasnya. Lengkungan ganda tersebut terdiri dari sebuah lengkungan berbentuk sepatu kuda di bagian bahwa dan lengkungan semi-melingkar di bagian atas. Voussoir hitam putih saling bergantian dari lengkungannya terinspirasi dari vousoir Dome of the Rock. 

Model ini juga mirip dengan Katedral Aachen yang dibangun pada waktu yang hampir bersamaan. Mezquita juga memiliki ceruk-ceruk yang disepuh. Kubah utamanya yang berbentuk sarang madu memiliki ubin-ubin berwarna biru yang dihiasi oleh bintang-bintang. 

Mihrab merupakan mahakarya seni arsitektur, dengan disain geometric dan tumbuh-tumbuhan. Mezquita mencapai dimensinya sebagaimana yang ada sekarang pada tahun 987 dengan selesainya pembangunan halaman luar yang dipenuhi pohon jeruk.

Masjid Besar Cordoba mempunyai peranan penting bagi komunitas Islam Al-Andalus selama 3 abad. Di Cordoba, ibukota Al-Andalus, Masjid Besar ini dilihat sebagai pusat dan focus utama ibukota. 

Mahakarya ini dibangun oleh Abd ar-Rahman pada abad ke-8. Lantai masjid tersebut dibangun mirip dengan masjid-masjid yang dibangun pada masa-masa awal Islam. Ruang utama masjid dingunakan untuk berbagai tujuan. Ruangan ini digunakan untuk mengajarkan dan pengelolaan hukum dan ketertiban di Al-Andalus selama pemerintahan Abd ar-Rahman. 

Masjid ini mempunyai ruang shalat berbentuk persegi panjang menghadap kiblat. Dinding yang menghadap ke kiblat memiliki lekukan di atasnya yang berfungsi sebagai petunjuk arah kota Makkah. Ruang shalat ini cukup luas, memiliki langit-langit kayu yang ditopang oleh lengkungan berbentuk sepatu kuda. Lengkungan-lengkungan itu berasal dari penggunaan kembali tiang-tiang bangunan Romawi dan Visigoth. Dinding-dinding masjid dihiasi oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Di antara hal yang paling menonjol dari bangunan ini adalah: ruang terbuka (sahn) dikelilingi oleh lengkungan-lengkungan, layar-layar kayu, menara, mosaic beraneka warna, dan jendela-jendela kaca beraneka warna. 

Masjid Besar Cordoba memiliki banyak kesamaan dengan Masjid Besar Damaskus. Ini membuktikan bahwa Masjid Besar Damaskus dijadikan model oleh Abd ar-Rahman dalam membangun Masjid Besar Cordoba. 150 tahun setelah masjid ini dibangun, dibangun pula tangga kea tap masjid, bersamaan dengan perluas masjid ke bagian selatan, dan sebuah jembatan yang menghubungkan ruang shalat dengan istana emir Cordoba. Masjid ini kemudian diperluas lagi di bagian selatan. Pada waktu bersamaan dibangun pula halaman luar yang mengelilingi Masjid Besar ini. 

Masjid Besar ini dibangun dalam empat tahapan, masing-masing khalifah dan para pembesarnya mempunyai sumbangan terhadap pembangunannya. Masjid ini menjadi trademark arsitektur Islam. Bagi masyarakat Al-Andalus “keindahan masjid ini sangat memukau sehingga sulit dilukiskan dengan kata-kata.” Ketika Spanyol berhasil ditaklukkan oleh Ferdinand dan Isabella, masjid ini dihiasi oleh lonceng-lonceng katedral Santiago de Compostela dan berubah fungsi menjadi katedral. 

Reconquista 

In 1236, Córdoba ditaklukkan oleh Raja Ferdinand III dari Castille dalam Reconquista dan masjid ini kembali menjadi gereja Kristen. Alfonso X mengawasi pembangunan Villaviciosa Chapel dan Royal Chapel di dalam masjid. Raja-raja setelahnya turut menambahkan identitas-identitas Kristen. Misalnya Raja Henry II membangun kembali chapel pada abad ke-14. Menara masjid juga diubah menjadi menara lonceng dari katedral tersebut. 

Perubahan yang paling penting adalah dibangunnya nave katedral Renaissance di tengah struktur bangunan. Pembangunan ini dilakukan atas izin Charles V, raja Castile dan Aragon. Perubahan Masjid Besar Cordoba menjadi gereja Kristen, Catedral de Córdoba, menyelamatkan bangunan dari kehancuran ketika terjadi inquisisi Spanyol secara aktif. Hingga akhir abad ke-18 bangunan ini masih mendapat polesan dari para seniman dan arsitek.

Sumber : Ensiklopedia Peradaban Islam. oleh Tazkia Publishing.

ooOOOoo

No comments:

Post a Comment