Monday, August 1, 2011

PENDENGARAN

Dengan kemampuan pendengaran yang dimiliki, kita bisa merasakan getaran suara yang masuk ketelinga, membedakan berbagai jenis suara, menikmati alunan musik, merasa kaget dengan dentuman yang besar, merasa tergiur dengan bisikan yang lembut, serta merasa kagum dengan ritme-ritme semesta alam dalam orkesta kehidupan yang maha luas dan maha besar.

Dalam bidang kedokteran dan fifiologis modern, menyebutkan bahwa pengaruh gelombang udara masuk ke bagian dalam telinga, lalu terjadi proses perubahan kimiawi yang mempengaruhi ujung saraf pendengaran yang tersebar di sekitarnya, sehingga getaran saraf berpindah melalui saraf-saraf pendengaran ke otak, lalu menghasilkan pendengaran.


Tentu saja rumit memahami detail pengetahuan tentang proses suara terpersepsi oleh telinga dan saraf kita, dan pengetahuan tentang itu telah menjadi bahan kajian di dunia kedokteran. Silahkan saja bagi yang ingin memahami seluruh kerja telinga dalam dunia itu, tetapi bagi saya yang terpenting adalah bagaimana kita merasakan dan menggunakan pendengaran secara benar dan apa pengaruhnya bagi kesadaran kita tentang Allah. Pertanyaannya adalah bagaimana kita merasakan apa itu pendengaran dan apa konsekkuensinya bagi seorang hamba Allah?.

Mari kita mulai merenung bagaimana daya dan kesadaran indera pendengaran bekerja, melalui enam tahap kesadaran seperti dalam pembahasan tentang daya penglihatan.

Pertama : mendengar. Pada tahap ini kita memperoleh kesadaran mendengar yang melahirkan rasa kagum kepada Sang Pencipta suara dan pencipta pendengaran. Misalnya, asalahlah telinga kita bagaimana merasakan indahnya gemericik suara air yang jatuh dari atap rumah, lalu menetes membasahi dedaunan, dan jatuh menyirami tanah, kemudian melahirkan kesejukan. Semuanya mencipta tanda-tanda keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada tahap ini ajaklah pendengaran kita untuk mengkagumi keagungan Allah yang merahmati seluruh alam.

Kedua : ajaklah pendengaran kita untuk mengenali lebih jauh tentang tanda-tanda yang kita dengar agar mampu menumbuhkan sikap cinta dan sayang kepada Sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Mulailah untuk menyayangi dan menyukai suara-suara alam. Cobalah untuk mendengarkan bagaimana nikmatnya mendenngar ketika ayam jantan berkokok, atau bagaimana indahnya suara bebek berebut makanan di tepian sungai. Sadarilah betapa sempurna dan hebatnya ciptaan Allah. Sadarilah betapa meruginya seseorang yang melalaikan suara-suara Allah yang dititipkan melalui suara binatang, suara gelombang air laut, suara halilintar, dan suara-suara alam lain. Atau ajaklah telinga kita untuk menikmati keindahan musik, lalu cari sumber suara yang sesungguhnya, lalu rasakan getaran-getaran kehadiran Allah dalam alunan musik yang menggoda telingan kita itu. Apa yang kita rasakan? Bukankah ada peran Allah dalam orkesta alam yang kita dengar?.

Ketiga : ajaklah pendengaran kita untuk mengerti sikap Allah dan sikap diri kita. Sebagai contoh, sering kali kita mendengar berita tentang bencana alam, kelaparan, kemiskinan, dan musibah lainnya. Jadikan ini sebagai pintu masuk untuk mengerti bagaimana Allah menitipkan pesan lewat peristiwa-perisiwa itu. Tanyakan pada nurani untuk menjawab persoalan-persoalan itu. Bukankah kita akan menyadari betapa Allah telah menentukan, menggerakkan, dan merancang segala apa yang terjadi. Lalu, apa pengaruhnya pada diri kita, apakah pendengaran kita mampu mengantarkan kita pada pengertian tentang kesadaran kita dan bencana-bencana itu?.

Ke-empat : ajaklah pendengaran kita untuk memahami tujuan hidup kita. Misalnya, tanyakan apa yang telah kita dengar tentang musibah itu kepada hati nurani kita, mengapa Allah menciptakan bencana, mengapa orang itu menjadi miskin dan kelaparan? Lalu tanyakan, apakah pendengaran kita itu menyadarkan kita untuk membantu? Apakah pendengaran kita melahirkan kesadaran kita untuk menghargai hidup? Dan seterusnya.

Kelima : yakinkan apda diri kita, bahwa setiap apa yang kita dengar adalah kehendak-Nya. Allah-lah yang telah menyadarkan jiwa kita untuk mendengar apa layak atau tidak layak kita dengar. Allah-lah yang mempunyai skenario besar kehidupan ini. Pada tingkat ini, daya mendengar, mengenal, memahami, dan mengerti pendengaran kita telah membawa pada satu titik keyakinan tentang keberadaan dan kehendak Allah.

Melalui kesadaran pendengaran ini, sebenarnya kita diajak untuk memahami bahwa jiwa manusialah yang melahirkan kesadaran pendengaran, lalu terpersepsi oleh akal dan diterima oleh indera pendengaran. Jiwa manusia-lah yang menjadi motor penggerak indera pendengaran kita. Jiwa manusia-lah yang menerima sinyal kesadaran seseorang tentang kehadiran Allah dari apa yang kita dengar dari telinga.


Dikutip dari buku “Ya Allah, izinkan aku mengenal-Mu”
Penulis : Mas Gun.

No comments:

Post a Comment