Monday, August 1, 2011

PENGLIHATAN

Dengan kasat mata kita telah melihat begitu besar dan luar biasa ciptaan-Nya di jagat raya ini. Tapi, berapa kali kita menyadari betapa hebat dan luar biasanya anugerah mata yang telah diberikan oleh Allah untuk mengenal setiap benda, ruas, bentuk, warna, gerak, diam, dan keadaan.

Kita dibuat terkagum-kagum oleh pemandangan hijau yang membentang. Kita terkesima melihat terbitnya matahari dari arah timur yang menyegarkan dan menghangatkan bumi. Kita dibuat tertegun oleh langit biru yang luas dan indah terpancang di atas bumi, lalu menyaksikan mendung dan turunnya hujan membasahi tanah, menyuburkan, dan
menumbuhkan tetumbuhan yang menjadi rahmat bagi seluruh makhluk hidup. Tapi pernahkah kita mengajak semesta untuk berdialog, “Hai langit, sedang apakah dirimu?” atau pernakah kita bertanya “Wahai bumi, sedemikian besarnya amanah yang telah engkau emban untuk menjadi perantara kasih-Nya?”.

Meski kita sering menyaksikan gemericik air hujan menyirami bumi, namun penglihatan kita sering kali tertutup oleh kesombongan dan kecongkakan. Penglihatan kita tidak digerakkan untuk memahami dengan kerendahan hati dan rasa syukur untuk mengenali ciptaan Tuhan. Kita lalai dan merasa paling benar dan merasa paling pandai untuk memahami semesta.

Air yang jernih dicemari, salurannya disumbat sampah, resapannya di beton, hingga ketika hujan turun banjir, manusia menyalahkan alam. Pohon-pohon di hutan ditebang dengan serakah, ranting-ranting dan rerumputannya dibakar se enaknya, semuanya hanya untuk memuaskan hawa nafsu, meraih keuntungan, hingga ketika kebakaran melanda semesta alam dipersalahkan. Rencana-rencana manusia tak pernah diperhitungkan untung ruginya. Cinta bumi ternodai. Kasih langit tergadaikan. Kehangatan surya dikhianati. Kita lupa bahwa semesta alam diciptakan untuk mengangkat derajat manusia. Bukalah matahatimu? Tak mengertikah betapa tajam rasanya? Sebelum engkau menyesal, wahai anak Adam, sadarilah! Segala puji bagimu Allah.

Bagi seseorang yang dapat membangkitkan kesadaran inderanya dalam melihat fenomena alam, ia akan mengetahui apa makna berketuhanan yang sesungguhnya.

Proses pertama yang dilalui adalah gerak melihat :

Pertama : Pada tahap ini seseorang mulai merasa terkagum-kagum dengan ciptaan Allah. Merasa bahwa kesempurnaan ciptaan Allah itu menyadarkan tentang pentingnya melihat dengen kejernihan mata bathin. Matanya mulai dipergunakan untuk melihat setiap jengkal dan setiap detik tanda-tanda kekuasaan Allah dengan menggunakan indera penglihatannya.

Kedua : ia mulai mengenal siapa penciptanya. Betapa Agung dan Tinggi Pencipta hagat raya ini, Dia Maha Menguasai, Maha Sempurna, Maha Kasih, Maha Pemurah, dan Maha Peduli dengan seluruh ciptaan-Nya, tanpa kecuali. Lalu, ia mulai mencinai Tuhannya, mulai merindukan belai kasih-Nya.

Ketiga : ia mulai di ajak untuk mengerti sikap Allah dan sikap diri sendiri. Kesadaran indera penglihatannya melahirkan pengertian tentang ketuhanan. Misalnya, ia mulai mengerti bagaimana Allah menciptakan langit, menurunkan hujan, menyuburkan tanah, dan memberi kemaslahatan kepada seluruh makhluk hidup di bumi. Ia mulai paham mengapa Allah menciptakan hujan dan berpengaruh pada katak, cacing, pohon, daun, dan sebagainya. Atau ia mulai mengerti bagaimana petani, penggarap sawah, pedagang, tengkulak, dan lainnya meraih keuntungan dari anugerah langit berupa hujan.

Ke-empat : ia mulai memahami apa arti hidup dan kehidupan. Kesadaran indera penglihatannya mengajarkan tentang makna hidup yang telah diberikan Tuhan kepada seluruh ciptaan-Nya dan kepada dirinya sendiri. Ia akan memahami apa tujuan hidupnya di dunia, serta memahami apa misi dan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Dengan kesadaran ini, ia mulai memahami bagaimana harus bersikap kepada sesama manusia, lingkungan. dan alam.

Kelima : seiring dengan sikap melihat, mengenal, mengerti, dan memahami, maka lahirlah keyakinan yang besar terhadap Allah Yang Maha Pencipta. Keyakinan ini semakin kukuh karena matanya mampu menggerakkan kesadarannya tentang berketuhanan secara menyeluruh. Matanya telah menyadari dengan seyakin-yakinnya tentang ke-esaan, kekuasaan, kehendak, kasih sayang, dan kecintaan Allah kepada semesta alam.

Kelima tahap ini melahirkan kesadaran tentang Sang Ruh. Ini adalah titik sentral pemahaman tentang indera. Ia mampu melihat, mengenal, mengerti, memahami, dan meyakini bahwa Allah-lah pencipta dan penggerak seluruh semesta alam. Jiwanya mulai menyadari tentang keberadaan Allah dalam tubuh manusia itu sendiri. Allah sangat dekat, bersemayam dalam diri manusia, dan Dia berada dimanapun jua, serta meliputi segalanya. Ia pun mulai menyadari bahwa sesungguhnya jiwalah yang telah membimbing dan menuntun pemahaman tentang “penglihatan”, yakni melalui daya jiwa dan persepsi akal, lalu diturunkan menjadi daya indera penglihatan.

Tahap-tahap kesadaran indera di atas juga berlaku pada kesadaran indera yang lain seperti pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Tentunya saya memaparkan daya-daya indera ini dalam perspektif tasawuf serta pengalaman jiwa saya sebagai manusia biasa, bukan dalam perspektif ilmu kedokteran modern atau fisiologi modern. Tetapi, agar memudahkan pemahaman sesekali saya mengutarakan argumentasi fisiologis sebagai pengayaan materi.


Dikutip dari buku “Ya Allah, izinkan aku mengenal-Mu”
Penulis : Mas Gun.

No comments:

Post a Comment