Monday, January 31, 2011
Karakter nafsu di dalam pesta perkawinan
Saat pertama menerima undangan maka sombong, dengki, dan merasa lebih utama, mendorong kita untuk bergibah tentang tokoh dalam undangan: dalam bentuk obrolan keluarga, telepon, layaknya infotainment.
Pada saat hari H, maka yang terbersit dalam diri adalah harus tampil dengan baju terbaik, kendaraan terbaik, parfum terbaik, aksesoris terbaik, dimana ini tidak lain adalah karakter dari si riyaa’ yang mendorong melakukan sesuatu bukan karena Allah.
Saat melihat ruangan yang megah, si dengki keluar, karakter dengki seperti kata Aa’ Gym adalah senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang. Hati menjadi keruh.
Saat melihat hidangan terhampar, si tamak dan si syahwat mulai keluar, nanti kamu harus makan ini, itu, ini itu, dengan jumlah segini segitu.
Saat melihat wanita yang mengumbar aurat, si syahwat mulai membuai dan menggelora. Hati sudah mulai kotor, dan kadang imajinasi lebih berani lagi. astaghfirullah.
Tampak luar tidak ada satupun syariat yang dilanggar, di dalam, hati sudah ibarat septic tank.
Si sombong, si lebih utama, si dengki tidak mau kalah mengomentari pengantin, tamu, hidangan, acara dan lain-lain. ..jelek amat yang cowoknya, jelek amat ya ceweknya, ngga mecing banget sih dandanannya, makanannya dikit amat, gak berkualitas, acaranya bosenin, bla..bla..bla.
Saat sebagian tamu sudah dipersilahkan menyalami mempelai sebagian tamu antri, dan sebagian lagi sudah menyerbu hidangan. Si riyaa’ yang terbungkus dalam kemasan jaim melarang saya untuk mendekati hidangan, ingat kamu harus jaga imej, jangan kaya orang kelaparan! Jadi saya tidak menyerbu hidangan karena imej bukan karena mengekang diri dari tamak dan syahwat.
Saat antri salaman ada orang nyrobot antrian, si marah mulai terusik, mulai memaki dalam diri, ini orang kampung banget sih, baju bagus kelakuan kampung banget. Apalagi kalau antrian dihentikan karena ada pejabat hampir semua nafsu amarah keluar: ini nih yang bikin rusak negara, kaya apa sih tampangnya, hmmm…dekil, pendek, gendut perutnya, banyak makan uang rakyat sih.
Saat antri makanan terutama kambing guling demikian juga, melihat orangtua mengambil makanan banyak si dengki, si marah, si sombong mulai memaki, ini orangtua mau mati aja pake banyak makan, stroke baru rasa loe……astaghfirullah
Demikianlah karakter nafsu amarah dirasakan dalam suatu undangan perkawinan. Ini baru undangan perkawinan, dimana dari menerima undangan sampai pulang tidak ada pelanggaran fiqih yang biasa kita sebut sebagai kemaksiatan, namun dilihat dari hakikatnya maka kemaksiatan hati tersebut juga akan diperhitungkan oleh Allah.
Astaghfirullah.....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Jzkllah khoirn.. ayah.. sangat setuju dengan artikel ini..
ReplyDelete