Saturday, November 30, 2013

Makhluk Jujur

Dikisahkan dalam sebuah film lama, seorang guru kungfu tengah berdialog dengan muridnya. “Suaramu senantiasa pecah ketika mengatakan bukan yang sebenarnya,” ujar sang guru. Si murid tak mampu berkata-kata karena menyadari kekeliruannya.

Melihat  fragmen kisah di atas, kita dingatkan bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang senantiasa jujur. Tubuh manusia sesungguhnya tak siap dan tak menginginkan ketidakjujuran.

Penelitian membuktikan bahwa ketika seseorang berbohong, terjadi perubahan fisiologis pada tubuhnya. Beberapa perubahan tersebut adalah pola pernapasan, tekanan darah, dan detak jantung yang meningkat; perubahan elektrolit pada kulit yang menunjukkan adanya keringat atau tidak; serta perubahan nada suara.

Karena itulah ada alat yang dapat mendekteksi kebohongan atau ‘lie detector’. Seseorang diuji menggunakan alat itu, maka akan diketahui apakah ia berbohong tidak melalui perubahan fisiologis tersebut. Sebuah poligraph akan didapatkan saat menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’ atas beberapa pertanyaan yang diajukan.

Sebagian besar manusia tidak menyadari hal tersebut di atas. Oleh karena itu masih banyak orang yang beranggapan bahwa jujur adalah hal yang sulit, sedangkan bohong adalah mudah. Banyak orang yang kerap menjadikan kebohongan sebagai senjata untuk mencapai tujuan.

Jika kita memahami bahwa tubuh bereaksi terhadap tindakan dan ucapan yang mengandung kebohongan, maka orang akan memilih tidak berbohong. Perubahan fisiologis yang disebutkan di atas, secara jelas menunjukkan bahwa manusia sesungguhnya merasa tersiksa dengan kebohongan itu.

Kejujuran adalah hukum alam, sama seperti mengalirnya air dari atas gunung ke lautan. Ketika seseorang memaksakan kebohongan, maka sama halnya dengan memaksakan air mengalir dari dataran rendah ke dataran tinggi, perlu tenaga dan upaya yang besar. Ketika tenaga itu habis, maka air akan kembali berbalik mengalir kebawah.

Sesungguhnya manusia tidak cukup pandai untuk selalu konsisten dengan kebohongannya, bahkan seorang jenius sekalipun. Seringkali secara tanpa disengaja membuka kebohongannya sendiri.

Seseorang tidak hanya terbebani saat mengucapkan kebohongan, namun juga ia akan merasakan kegelisahan sepanjang hidupnya. Ia akan senantiasa dihantui perasaan cemas dan khawatir kebohongannya terbongkar.

Sulitnya ketidakjujuran tampak pada kenyataan bahwa tak ada kebohongan yng bisa berdiri sendiri. Untuk mempertahankan satu kebohongan, seseorang harus melakukan kebohongan-kebohongan lainnya. Karena itu ada pepatah, sekali berbohong, maka akan melahirkan seribu kebohongan lainnya.

Ketidakjujuran juga akan berakibat fatal. Seseorang yang terbongkar kebohongannya, terancam tidak akan dipercaya lagi. Lalu mengapa masiih banyak yang tidak jujur, bukankah jujur jauh lebih mudah dan memudahkan kehidupan?


 >>><<<

No comments:

Post a Comment