Friday, July 12, 2013

Cangkuang, Candi Hindu dengan Makam Pemuka Islam di Dekatnya

11/07/2013
Oleh Wawan Isab Rubiyanto

Liputan6.com, Garut : Meski Tarumanegara merupakan Kerajaan Hindu pertama di Pulau Jawa bagian barat, jumlah candi peninggalan Hindu di Jawa Barat tidak banyak jika dibandingkan dengan di wilayah Jawa bagian Tengah dan Timur. Candi Cangkuang adalah candi yang pertama kali ditemukan bahkan disinyalir menjadi satu-satunya Candi Hindu di Jawa Barat.

Candi Cangkuang dibangun pada zaman kerajaan Sunda pertama yaitu Kerajaan Galuh. Di dekat candi ada makam peninggalan penganut agama Islam, yaitu Arief Muhammad/Maulana Ifdil Hanafi. Dia salah seorang tentara kerajaan Mataram dari Jawa Tengah yang pergi menyerang belanda di Batavia pada abad ke 17. Penyerangannya gagal, dia tidak kembali, tapi menetap di Cangkuang mengajar dan menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekitarnya, tepatnya di kampung Pulo tempat keturunannya menetap sampai saat ini.

Candi Cangkuang ditemukan pada 1966 oleh tim peneliti sejarah, Harsoyo dan Drs. Uka Candrasmita. Waktu itu, Uka menemukan sebuah buku tua berjudul Notule Bataviaasch Genootschapyang ditulis seorang Belanda bernama Vorderman pada 1893. Di buku tersebut disebutkan di Garut, di tengah Situ Cangkuang, ditemukan kuburan kuno dengan nama nisan Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. Rupanya Vorderman merasa penasaran karena ia juga menemukan patung Shiwa di samping kuburan Islam ini. Hal tersebut menimbulkan teka-teki bagi tim peneliti tentang ada apa sebenarnya di tempat tersebut.

Atas dasar itu, Uka dan timnya melakukan peninjauan ke Kampung Pulo. Ia memang menemukan Arca Shiwa yang sudah dalam keadaan rusak dan makam Islam seperti yang disebutkan Vorderman. Kemudian, pada 1967-1968, penelitian dilanjutkan dan tim berhasil menemukan batu-batu yang merupakan bagian dari sebuah candi di sekitar area makam hingga radius 500 meter. Batu-batu tersebut banyak dimanfaatkan sebagai batu nisan pemakaman warga termasuk juga sebagai nisan makam Arif Muhammad sendiri. Uka dan timnya pun berusaha mengumpulkan bebatuan tersebut.

Setelah itu, dilakukanlah rekonstruksi Candi Cangkuang pada 1974. Usaha ini bukan tanpa kendala. Konon, banyak warga Kampung Pulo yang menentang karena menganggap pemugaran candi tersebut ingin menghidupkan kembali ajaran Hindu di daerah itu. Namun, dengan usaha yang gigih dari pihak berwenang, masyarakat pun akhirnya sadar kalau pemugaran candi tersebut untuk tujuan melestarikan kebudayaan nasional yang suatu hari kelak dapat bermanfaat bagi generasi selanjutnya.

Asal Usul Cangkuang
Candi Cangkuang berasal dari nama sebuah desa yaitu Desa Cangkuang di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Obyek wisata cagar budaya candi ini terletak di suatu pulau kecil (Kampung Pulo) di tengah telaga yang juga disebut sebagai Situ (danau) Cangkuang. Kata 'Cangkuang' sendiri adalah nama tanaman sejenis pandan (Pandanus Furcatus) yang banyak terdapat di sekitar candi. Daun cangkuang dapat dimanfaatkan untuk membuat tudung, tikar atau pembungkus gula aren. 

Untuk mencapai lokasi Candi Cangkuang dapat menggunakan rakit. Selain candi, di pulau itu juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo, yang juga menjadi bagian dari kawasan cagar budaya. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi, dan Gunung Guntur. Objek yang bagus dan layak diabadikan bagi siapa saja yang mempunyai hobi fotografi.

Tiket Wisata
Tiket masuk kawasan wisata Candi Cangkuang Rp 3.000 untuk orang dewasa dan Rp 2.000 untuk anak-anak dan wisatawan asing Rp. 5000. Untuk mencapai lokasi dapat menggunakan rakit dengan tarif Rp. 4.000 (dewasa), Rp 2.000 (anak-anak) dan Rp 80.000 untuk borongan.

Bandung - Cangkuang
Untuk menuju obyek wisata ini dari Bandung bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi selama 2 jam. Juga bisa dengan bis-bis antar Kota jurusan Garut (bisa naik dari terminal Cicaheum atau dari Cileunyi) dengan ongkos Rp.15000. Sebelum naik bis sebaiknya bertanya pada kondektur apakah bis melewati jalur Leles. Jika ya, kita bisa minta diturunkan di pinggir jalan menuju ke Candi Cangkuang yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan ojek seharga Rp 5000 atau Delman seharga Rp. 4.000. 

Jika dari Jakarta bisa langsung menuju Garut dengan mengikuti petunjuk-petunjuk jalan yang ada setelah keluar dari Tol Cipularang. Atau menggunakan bis antar kota jurusan Garut dari Terminal Lebak Bulus, atau Kampung Rambutan dengan ongkos rata-rata Rp 35.000. Lama perjalanan sekitar 5 jam. (Wwn).

No comments:

Post a Comment