Friday, September 27, 2013

Surat bercap lima negara warnai pameran filateli

surat filateli
Syarif Abdullah. Selasa, 24 September 2013

Bandung (ANTARA News) - Surat "nyasar" dan bercap lima negara akan mewarnai Pameran Filateli Nasional "Bandoeng 2013" di Gedung Wahana Bakti Pos, Jalan Banda, Kota Bandung, 25-29 September 2013.

"Saya punya koleksi surat yang sempat nyasar ke empat negara di dua benua tahun 1988, sebelum akhirnya saya terima," kata pemilik surat bercap lima negara yang juga Ketua Harian Perhimpunan Filatelis Indonesia (PFI) Mulyanto di Bandung, Selasa.

Koleksi surat aneh itu, kata Mulyanto, disatukan dengan koleksi filateli miliknya dan akan dipamerkan di Bandung.

Mulyanto menyebutkan, surat itu dikirim temannya di Saigon Vietnam tahun 1988 dengan alamat yang tidak lengkap. Alamatnya tertulis Jalan Diponegoro Salatiga tanpa menuliskan Indonesia.

Namun surat itu oleh petugas pos di Vietnam dikirim ke Santiago, Cili, namun karena tidak ada alamat itu akhirnya dikirim ke San Fransisco AS dan dikirim lagi ke Singapura.

"Baru setelah sampai di Singapura petugas pos di sana mungkin mengecek kota Salatiga, kemudian ditemukan di Indonesia dan sampai ke tangan saya. Surat itu lengkap membubuhkan lima cap pos negara yang disinggahi," kata Mulyanto.

Karena unik, surat itu tetap menjadi koleksinya, apalagi dirinya kini menjadi filatelis yang memburu benda-benda pos, terutama perangko.

Mulyanto menyebutkan Pameran Filatelis Indonesia Bandoeng 2013 yang akan digelar mulai Rabu (25/9) itu merupakan kesempatan emas sekaligus penyalur hobi bagi filatelis di Jabar.

Apalagi, panitia menjanjikan hadiah dan apresiasi bagi para filatelis di Indonesia. "Ada lebih dari 250 filatelis yang akan hadir, termasuk koleksi perangko termahal juga hadir," katanya.

Terkait regenerasi filatelis di Indonesia, kata dia, sejauh ini masih terjaga. Namun sebagian filatelis telah meninggal dunia sehingga koleksinya sebagian ada yang tidak terawat.

"Koleksi filatelis yang sudah tiada memang ada di keluarganya, namun terkadang anak-anaknya tidak suka filatelis. Sebagian ada yang dihibahkan atau dijual. Yang jelas koleksi itu mungkin masih ada, meski berpindah tangan," kata Mulyanto menambahkan.

****

No comments:

Post a Comment