Thursday, August 1, 2013

Kisah Para Penyedia Uang Receh dan Bos Mereka

31/07/2013 15:38
Oleh Hans Jimenez Salim

Liputan6.com, Jakarta : Jelang lebaran, jasa penukaran uang receh di pinggir jalan kian menjamur. Salah satunya yang terdapat di daerah Kota Tua, Jakarta Barat. Beberapa penjual jasa penukaran uang terlihat sedang melayani para pembelinya.

Untuk menukarkan uang, warga harus menambahkan Rp 10.000 setiap menukarkan uang kelipatan Rp 100 ribu. Harga itu memang sudah dipatok para penjual jasa penukaran uang di kawasan kota itu.

"Ya, uang Rp 10.000 itu kan sebagai keuntungan kita, Mas. Ini kan bukan di bank," kata Yanti, salah satu pedagang yang menjual jasa penukaran uang di Kota Tua, Jakarta Barat, Rabu (31/7/2013).

Yanti yang biasa menawarkan jasanya di depan Museum Bank Mandiri itu mengaku keuntungan yang didapat dari jasa penukaran uang ini tidak seberapa. Pendapatan menjual jasa penukaran uang tidak menentu setiap harinya.

"Tergantung sih, kalau per harinya dapat banyak ya banyak. Kalau sedikit ya mau gimana?" tambah Yanti.

Yanti yang biasa memulai aktivitasnya sejak pukul 07.00 WIB itu mengatakan, uang receh yang dia bawa dalam sebuah tas bukan miliknya. Uang itu hanya titipan milik sang 'bos'.

"Kalau ada keuntungan dari sini, ya kita kasih bos. Misalnya nih, jual uang Rp 200 ribu kita naikkan Rp 10 ribu. Dari situ kita setoran sama bos Rp 8.000, sisanya Rp 2000 masuk kantong," jelas wanita yang tinggal di daerah Kemayoran ini.

Uang tersebut, kata Yanti, tak pernah dibawa pulang. Setiap pagi dan sore ada orang-orang suruhan 'bos' nya yang datang dan pergi memberi dan mengambil uang tersebut.

"Kita juga diawasi, Mas, dari jauh, ada semacam intel. Tapi bukan dari polisi, tapi dari orang-orang bos saya. Takutnya kan uang-uang receh yang kita tawarkan ini tiba-tiba dirampok orang kan repot juga. Makanya kita diawasi," jelas Yanti.

Menurut Yanti, ramainya orang yang ingin menukarkan uang terjadi di hari-hari tertentu misalnya menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Tahun Baru Imlek. Jelang lebaran tahun ini, Yanti mengaku jumlah penukaran uang tak sebanyak pada tahun lalu.

"Memang sih kalau mau lebaran gini ramai. Ada saja gitu yang tukar. Tapi, tahun ini kayaknya agak sepi yang tukar uang," ujar Yanti.

Walaupun tak ramai, Yanti tetap optimistis untuk terus memberikan layanan jasa penukaran uang terhadap pelanggannya. "Yang penting kita jalanin saja. Biar dapur di rumah ngebul," ungkap Yanti.

Meski sudah 13 tahun bekerja sebagai jasa penukaran uang di kawasan Kota Tua, Yanti mengaku tak pernah tertipu pada ada orang yang menukarkan uang palsu kepadanya. "Saya sudah hapal mana yang palsu mana yang asli. Itu bisa saya bedakan, mudah-mudahan jangan sampai kejadian begitu," harap Yanti. (Ali/Yus)

No comments:

Post a Comment