Tuesday, January 29, 2013

ABU HURAIRAH


Ahli Shuffah dari Yaman

Ia memiliki nama asli Abdus Syams, yang berarti hamba matahari. Nama pada masa jahiliyah itu kemudian diganti. Sebabnya sepele; karena ia gemar memelihara anak kucing. Banyak orang memanggil namanya sesuai dengan hobinya itu. Maka, jadilah ia Abu Hurairah (pemilik kucing), perawi hadits dari kabilah Bani Daus, Yaman.

Orang yang pertama kali memanggilnya Abu Hurairah adalah Nabi Muhammad Saw. Diceritakan, ketika Abu Hurairah bertemu Rasulullah Saw,  ia ditanyai apa yang ada dalam lengan bajunya. Ketika ia menunjukkan anak kucing yang ada dalam lengan banjunya, lantas
Ia diberi gelar Abu Hurairah. Semenjak itu, ia lebih dikenal dengan nama tersebut.

Abu Hurairah diperkirakan lahir 21 tahun sebelum hijrah, meski ada juga yang meriwayatkan 19 tahun sebelum hijrah. Sejak kecil, ia sudah menjadi yatim. Pada tahun 7 hijrah, ia masuk Islam ketika Rasulullah Saw berangkat menuju ke Khaibar.

Dikisahkan, Thufail bin Amr, seorang pemimpin Bani Daus, kembali ke kampungnya setelah bertemu dengan Nabi Muhammad Saw dan menjadi muslim. Ia menyerukan kepada masyarakat Bani Daus untuk masuk Islam, dan Abu Hurairah segera menyatakan ketertarikannya meskipun sebagian besar kaumnya saat itu menolak. Ketika Abu Hurairah pergi bersama Thufail bin Amr ke Mekkah, Nabi Muhammad Saw mengubah nama Abu Hurairah menjadi ‘Abdurrahman’ (hamba Maha Pengasih). Ia tinggal bersama kaumnya beberapa tahun setelah menjadi muslim, sebelum bergabung dengan kaum muhajirin di Madinah tahun 629.

Saat Abu Hurairah menjadi muslim, ibunya belum memeluk Islam, bahkan menghina Nabi, Abu Hurairah lalu bertemu Rasulullah Saw dan memintanya berdoa agar ibunya masuk Islam. Kemudian Abu Hurairah menemui ibunya kembali, mengajaknya masuk Islam. Ternyata ibunya telah berubah, bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Setelah pulang dari Perang Khaibar, Rasulullah memperluas Masjid Nabawi ke arah barat dengan menambah ruang sebanyak tiga tiang lagi. Abu Hurairah terlibat dalam perluasan masjid itu. Ketika dilihatnya Rasulullah saw turut mengangkat batu, ia meminta agar beliau menyerahkan batu itu kepadanya. Rasulullah saw menolak seraya bersabda, “Tiada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat”.

Abu Hurairah r.a, pernah salah dalam menimbang makanan yang lezat, sehingga ia dikenakan hukuman dipukul oleh Rasulullah. Bagaimana pun, Abu Hurairah gembira, “Karena Nabi menjanjikan akan memberi syafaat kepada orang yang pernah merasa disakitinya, baik secara sengaja atau tidak,” katanya.

Begitu cintanya kepada Rasulullah, sehingga siapapun yang dicintai, ia ikut mencintai. Misalnya, ia suka mencium Hasan dan Husain, karena melihat Rasulullah mencium kedua cucunya itu.

Abu Hurairah berpindah ke Madinah untuk  nasib. Disana ia bekerja menjadi buruh kasar bagi siapa yang memerlukannya. Seringkali ia mengikatkan batu ke perutnya, karena ia menahan lapar yang amat sangat. Malah diceritakan, ia pernah berbaring berhampiran mimbar masjid sehingga orang menyangka dia kurang waras. Rasulullah yang mendengar masalah tersebut, segera menemui Abu Hurairah, yang menjelaskan bahwa ia berbuat demikian karena lapar. Rasulullah pun segera memberinya makanan.

Abu Hurairah adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi. Ia dikenal sebagai salah seorang ahli ‘Shuffah’, yaitu orang-orang miskin atau sedang menuntut ilmu dan tinggal di halaman masjid. Ia begitu dekat dengan Nabi, sehingga Nabi selalu menyuruhnya untuk mengumpulkan ahli shuffah, jika ada makanan yang hendak dibagikan.

Pernah pula pada suatu ketika, ia duduk di pinggir jalan tempat orang biasanya berlalu-lalang sambil mengikatkan batu ke perutnya. Dilihatnya Abu Bakar r.a melintas. Lalu, dia minta dibacakan satu ayat Al-Qur’an. “Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan.” Tutur Abu Hurairah. Tapi Abu Bakar Cuma membacakan ayat, lantas berlalu.

Dilihatnya Umar ibn Khatab r.a. “Tolong ajari aku ayat Al Qur’an.” Kata Abu Hurairah. Ternyata, ia kecewa sekali lagi, karena Umar pun melakukan hal yang sama dengan Abu Bakar. Tak lama kemudian, Rasulullah yang lewat, Nabi tersenyum. “Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau dapat membaca raut muka saya dengan tepat.” Tutur Abu Hurairah.
“Ya Aba Hurairah!” panggil Nabi.
“Labbaik, ya Rasulullah!”
“Ikutlah aku!”
Nabi mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah didapati semangkuk susu. “Dari mana datangnya susu ini?” tanya Rasulullah. Beliau diberitahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu.
“Ya, Aba Hurairah!”
“Labbaik, YA Rasulullah!”
“Tolong panggilkan ahli shuffah.” Kata Rasulullah.
Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shufah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondok masjid.

Abu Hurairah berhasil meriwayatkan banyak banyak hadis karena ia senantiasa dekat dengan Rasulullah selama 3 tahun, setelah memeluk Islam. Ini sebagaimana yang diriwayatkan olehnya :
Terjemahannya : “……Sesungguhnya saudara kami daripada golongan Muhajirin sibuk dengan urusan mereka di pasar, dan orang-orang Anshar pun sibuk bekerja di ladang mereka, sementara aku seorang yang miskin senantiasa bersama Rasulullah saw. “Ala Mil’I Batni. Aku hadir di majlis yang mereka tidaka hadir, dan aku hafa pada masa mereka lupa.” (HR. Bukhari).

Pada mulanya Abu Hurairah mempunyai ingatan yang lemah, lalu ia mengadu kepada Rasulullah. Rasulullah lalu mendoakan agar Abu Hurairah diberkati dengan daya ingat yang kuat. Sejak itu, Abu Hurairah dikaruniai daya ingat yang kuat yang membuat ia mampu meriwayatkan jumlah hadis terbanyak dikalangan para sahabat.

Walaupun miskin, ia dipinang oleh salah seorang majikannya yang kaya raya untuk putrinya. Bisrah binti Gazwan. Itu menunjukkan betapa Islam telah mengubah pendangan seseorang dari membedakan kelas kepada menyanjung keimanan. Abu Hurairah dipandang mulia karena kealiman dan kesalihannya. Perilaku Islami telah memuliakannya, lebih dari kemuliaan pada masa jahiliyah yang memandang kebangsawanan dan kekayaan sebagai ukuran kemuliaan.

Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya kepada tiga bagian; untuk membaca Al-Qur’an, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadis. Ia dan keluarganya tetap hidup sederhana walaupun telah menjadi orang berada. Abu Hurairah suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan memberi sedekah rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya.

Rasulullah pernah mengutus Abu Hurairah berdakwah ke Bahrain bersama Al-Ala ibn Abdillah Al-Hadrami r.a. Ia juga pernah di utus bersama Quddamah r.a. untuk mengutip jizyah di Bahrain, sambil membawa surat ke Amir Al-Munzir ibri Sawa At-Tamimi.

Mungkin disebabkan oleh kepercayaan Rasulullah itu, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur Bahrain ketika Umar r.a. menjadi Amirul Mukminin. Tapi pada 23 Hijrah, Umar memecatnya karena ia dituduh menyimpan uang yang banyak sampai 10.000 dinar. Ketika disidang, Abu Hurairah berhasil membuktikan bahwa harta itu diperolehnya dari berternak kuda dan pemberian orang. Khalifah Umar menerima penjelasan itu dan memaafkannya. Lalu ia diminta menerima jabatan Gubernur kembali, tapi Abu Hurairah menolak.

Penolakan itu di iringi lima alasan. “Aku takut berkata tanpa pengetahuan’ aku takut memutuskan perkara bertentangan dengan hukum (agama)’; Aku tidak mau disebat; Aku tak mau harta benda hasil pencarianku disita; dan Aku takut nama baikku tercemar.” Katanya. Ia memilih untuk tinggal di Madinah, menjadi warga biasa yang memperlihatkan kesetiaan kepada Umar, dan para pemimpin sesudahnya.

Khalifah Umar pun pernah melarang Abu Hurairah menyampaikan hadis, dan hanya membolehkan menyampaikan ayat Al-Qur’an. Itu disebabkan tersebar kabar angin bahwa Abu Hurairah banyak memetik hadis palsu. Larangan Khaifah baru dibatalkan setelah Abu Hurairah mengutarakan hadis mengenai bahaya hadis palsu.

Hadis itu berbunyi : “Barang siapa yang berdusta padaku (Nabi saw) secara sengaja, hendaklah mempersiapkan diri duduk dalam api neraka.” Hadis itu diriwayatkan Bukhari, Muslim, Abu Dawud, AT-Tarmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad ibn Hanibal.

Ketika kediaman Amirul Mukminin Ustman ibn Affan r.a. dikepung pemberontak, dalam peristiwa itu, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-fitnatul kubra (fitnah/bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar tampil mengawal rumah tersebut. Meski dalam keadaan siap untuk bertempur, Khalifah Ustman melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak.

Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. Abu Hurairah menolak tawaran menjadi gubernur Madinah. Ketika terjadi pertemuan antara Khalifah Ali dan lawannya, Muawiyah ibn Abi Sufyan, ia bersikap tidak memihak dan menghindari fitnah. Setelah Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah dilantik menjadi gubernur Madinah setelah di usulkan oleh Marwan ibn Hakam. Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah) itu pula ia menghembuskan nafas terakhir pada 57 atau 58 H (667-678 M) dalam usia 78 tahun.  Abu Hurairah meninggalkan sebanyak 5.374 hadis.

Hadis Abu Hurairah yang disepakati Imam Bukhari dan Muslim berjumlah 325 hadis, oleh Bukhari sendiri sebanyak 93 hadis, dan oleh Muslim sendiri 189 hadis. Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah juga terdapat dalam kitab-kitab hadis lainnya. Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun oleh Syaikh As-Subki dengan judul ‘Fatawa Abi Hurairah’.

Terdapat pula golongan yang meragukan kesahihan hadis-hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah, seperti dari golongan orientalis Barat, Ignaz Goldizihar yang telah membuat kritikan terhadap hadis dan para perawinya termasuk Abu Hurairah. Tuduhan itu mempengaruhi beberapa penulis Islam seperti Ahmad Amin dan Mahmud Abu Rayyuh untuk mengkritik kedudukan Abu Hurairah sebagai perawi hadis. TuduPenhan-tuduhan itu telah disanggah oleh Mustafa al Sibai dalam ‘al-Sunnah wa Makanatuha’ halaman 273-283.

Selain dari golongan itu, terdapat juga kritikan kuat dari golongan syiah. Itu mungkin disebabkan karena Abu Hurairah merupakan pendukung Ustman ibn Affan, dan juga pernah menjadi pegawai dinasti Umayah. Penolakannya menyandang jabatan gubernur ketika ditawari oleh Ali, dan tidak adanya hadis yang berisi pujian atau pengistimewaan kepada Ali dan keluarganya, mungkin merupakan sebab-sebab lain Abu Hurairah dikritik oleh kaum Syiah.

********


No comments:

Post a Comment