Penemu Teori Evolusi
Pertama
Ia hidup di keluarga miskin.
Menjual ikan untuk membantu orangtuanya.
Berbagai teori biologi lahir dari buah pikirannya.
Anda tentu tahu Charles Darwin,
yang terkenal dengan Teori Evolusinya. Tapi tahukah jika jauh sebelum Darwin
ngetop, ada seorang muslim yang mengemukakan teori evolusi? Bahkan teorinya
jauh lebih kompleks dibandingkan Darwin, yang menyamakan kita dengan se ekor
kera. Dia adalah Al Jahiz.
Al Jahiz lahir di Basra, Irak
pada 781 M. Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, nama
aslinya.
Ahli zoologi terkemuka dari
Basra, Irak ini merupakan ilmuwan Muslim pertama yang mencetuskan teori
evolusi. Pengaruhnya begitu luas dikalangan ahli zoologi Muslim dan Barat. Jhon
William Draper, ahli biologi Barat yang se zaman dengan Charles Darwin pernah
berujar, “Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam lebih jauh dari yang
seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai meneliti berbagai hal
tentang anorganik serta mineral.”
Al Jahiz lah ahli biologi Muslim
yang pertamakali mengembangkan sebuah teori evolusi. Ilmuwan dari abad ke-9 M
itu mengungkapkan dampak lingkungan terhadap kemungkinan seekor binatang untuk
tetap bertahan hidup. Sejarah peradaban Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli biologi
pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (struggle for
existence). Untuk dapat bertahan hidup, papar dia, makhluk hidup harus
berjuang, seperti yang pernah di alaminya semasa hidup.
Beliau dilahirkan dan dibesarkan
di keluarga miskin. Meskipun harus berjuang membantu perekonomian keluarga yang
morat-marit dengan menjual ikan, ia tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di
masjid tentang sains. Beliau bersekolah hingga usia 25 tahun. Di sekolah,
Al-Jahiz mempelajari banyak hal, seperti puisi Arab, filsafat Arab, sejarah
Arab dan Persia sebelum Islam, serta Al-Quran dan Hadist.
Al-Jahiz juga merupakan penganut
awal determinisme lingkungan. Menurutnya, lingkungan dapat menentukan
karakteristik fisik penghuni sebuah komunitas tertentu. Asal muasal beragamnya
warna kulit manusia terjadi akibat hasil dari lingkungan mereka tinggal. Berkat
teori-teori yang begitu cemerlang, Al-Jahiz pun dikenal sebagai ahli biologi
terbesar yang pernah lahir di dunia Islam. Ilmuwan yang amat tersohor di kota
Basra, Irak itu berhasil menuliskan kitab Al-Haywan (buku tentang binatang).
Dalam kitab itu, dia menuliskan
tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang. Al-Jahiz pun
tercatat sebagai ahli biologi pertama yang mencatat perubahan hidup burung
melalui migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M, Al-Jahiz sudah mampu
menjelaskan metode memperoleh ammonia dari kotoran binatang melalui peyulingan.
Sosok dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu berpengaruh terhadap ilmuwan Persia,
Al-Qazwini dan ilmuwan Mesir Al-Damiri.
Di dunia Arab, Al-Damiri dikenal
sebagai ahli zoologi yang paling terkemuka. Sumbangannya dalam pengembangan zoologi
diberikan melalui buku yang ditulisnya “Hayat Haywarz” (Kehidupan Binatang).
Kitab yang berupa Ensiklopedia itu merupakan hasil karya ilmuwan Muslim yang
sangat penting dalam kajian zoologi. Ensiklopedia sejarah binatang itu tercatat
700 tahun lebih awal dari yang ditulis ahli biologi Barat, Buffon.
Karir AL-Jahiz sebagai penulis ia
awali dengan menulis artikel. Ketika itu Al-Jahiz masih di Basra. Sejak itu, ia
terus menulis hingga menulis dua ratus buku semasa hidupnya.
Pada abad ke-11, Khatib
al-Baghdadi menuduh Al-Jahiz memplagiat sebagian pekerjaannya dari Kitab
al-Hayawan of Aristotle. Selain al-Hayawan, beliau juga menulis kitab
al-Bukhala (Book of Misers or Avarice the Avaricious), Kitab al-Bayan wa
al-Tabyin (The Book of eloquence and demonstration), Kitab Moufakharat al
Jawari wal Ghilman (The Book of dithyramb of concubines and ephebes), dan
Risalat mufakharat al-sudan ala al-bidan (Superiority of The Blacks to The
Whites).
Suatu ketika, pada tahun 816 M,
ia pindah ke Baghdad. Al-Jahiz meninggal setelah lima puluh tahun menetap di
Baghad pada tahun 869, ketika ia berusia 93 tahun.
>>>><<<<<
No comments:
Post a Comment