Lailatul Qadr, betapa mulianya malam itu!
Al-Qur'an menginformasikan bagaimana para
Malaikat dan Jibril turun ke bumi atas izin Allah SWT, bagaimana malam itu
dilukiskan sebagai lebih mulia dari seribu bulan, bagaimana bumi penuh sesak
dengan kehadiran para malaikat itu.
Rasul menganjurkan kita untuk mencari malam
itu, yang saking mulianya sehingga dirahasiakan kepastiannya oleh Allah. Rasul
hanya memberi petunjuk untuk mencarinya di sepuluh malam terakhir Ramadhan, khususnya
di malam-malam yang ganjil.
Pertanyaannya, di sepuluh malam itu apa
yang sebaiknya kita lakukan? Persiapan apa yang harus kita lakukan menunggu
datangnya para tamu agung dari langit itu, sikap apa yang harus kita ambil
ketika ternyata para tamu itu mampir ke rumah kita, dan, akhirnya, ibadah apa
yang mesti kita lakukan di saat datangnya malam itu?
Banyak riwayat yang menjelaskan hal itu,
banyak pula saran dan kisah para ulama yang bisa kita jadikan patokan. Namun,
saya menyarankan untuk melakukan dua hal.
Pertama, banyak-banyaklah berdekah. Sungguh
hanya di bumi inilah kita mendapati saudara kita yang kekurangan. Hanya di bumi
orang-orang kaya memberikan makanan kepada kaum fukara wal masakin. Kedua,
merintih dan menangislah kita untuk memohon ampunan Allah.
Dua amalan itu merupakan amalan yang
malaikat tak sanggup melakukannya. Bukankah di langit tak ada yang miskin,
sehingga mustahil malaikat bisa bersedekah. Malaikat yang suci itu tentu saja
tak pernah melakukan maksiyat, karenanya mereka adalah suci. Mereka tak pernah
merintih dan menangisi dosa mereka. Kitalah yang mampu melakukannya.
Mari kita sambut Lailatul Qadr dengan dua
amalan yang bahkan malaikat pun tak sanggup melakukannya. Bersedekah-lah....
kemudian menangis dan memohon ampunan ilahi. Siapa tahu, ada malaikat yang
bersedia mampir ke rumah kita; dan malam itu menjadi milik kita, insya Allah!
No comments:
Post a Comment