Monday, September 26, 2011

MENYEMBAH TUHAN

MENYEMBAH TUHAN SECARA TOTAL

Seluruh samudera kesantunan, ketundukan, kepatuhan, kerinduan, dan kecintaan lebur menjadi satu dengan samudera penyembahan kepada Tuhan. Dengan daya-daya samudera itu manusia menghadap Tuhan dengan totalitas. Tubuh dan ruh, materi dan non-materi, akal dan indera, serta semua potensi diri melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan kekuatan kesadaran yang maha tinggi. Tuhan menyusupkan seluruh daya-daya itu untuk mengabdi kepada-Nya dengan sebenar-benarnya penyembahan.


Tidak ada gerak yang tanpa makna penyembahan kepada-Nya. Tak ada pikiran yang tidak memikirkan-Nya. Tidak ada pancaindera yang tidak merasakan getar-getar ketuhanan. Tidak ada jiwa yang tidak mengharap kembali kepada-Nya. Semuanya melebur menjadi satu kesatuan, bersatu dengan energi alam yang tunduk dan patuh kepada-Nya, bersatu dengan seluruh jiwa yang taat kepada-Nya, bersatu dengan cipta rasa para nabi dan hamba-hamba yang saleh, yang selalu mengharap keridaan-Nya. Jiwanya terus bergerak dan bergerak menuju kepada Tuhan, menyembah-Nya dan menyingkirkan segala sesuatu yang dapat mengganggu pertemuan dengan-Nya, karena keadaan itu benar-benar dinanti oleh setiap diri manusia.

Kesantunan manusia pada sesama dan alam (kosmos) semakin mempercepat kesadarannya untuk menghadap Tuhan. Ketundukan dan kepatuhannya kepada Tuhan semakin memperjelas wajah Tuhan, Sang Sesembahan. Kerinduan dan kecintaan kepada-Nya semakin mempercepat gerak kesadarannya untuk meraih kemesraan dengan-Nya. Tidak akan ada satu makhlukpun yang sanggup mengejar atau menghentikan pertemuannya dengan Tuhan. Setan atau malaikat pun tidak akan sanggup menggagalkannya karena tubuh dan ruhnya digerakkan langsung oleh Tuhan untuk menyembah-Nya. Gerakannya menjadi gerakan Tuhan, karena Dia yang sesungguhnya menggerakkan. Sehingga, saat penyembahan kepada Tuhan dilakukan, ia merasakan kenikmatan pertemuan dengan Tuhan yang sukar dicerna oleh pancaindera dan akal. Ia hanya dapat dirasakan melalui jiwa yang larut dalam samudera penyembahan kepada-nya.

Sesungguhnya, hanya hamba-hamba yang mampu menceburkan diri kepada samudera penyembahan secara totallah yang mampu merasakan kenikmatan pertemuan dengan Tuhan dalam ibadahnya. Karena hamba-hamba semacam ini menggunakan frekuensi kecepatan ke-sadaran jiwa yang melebihi kecepatan cahaya. Kesadarannya menembus ruang dan waktu untuk bergerak menghadap Tuhan, Zat yang Mahatunggal, Zat yang tak sama dengan makhluk-Nya, Zat yang meliputi segala sesuatu. Dalam pertemuan itu ia menyerahkan semua jiwa dan raganya kepada Tuhan. Menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Tidak mengharapkan apa-apa kecuali Tuhan. Tidak mengabdi pada apa-apa kecuali Tuhan. Tidak melihat apa-apa, kecuali melihat Tuhan. Ia diam tak bergerak. Diam tak bergeser. Diam tak berkutik. Diam dalam samudera kekhusukkan. Diam hanya menyembah kepada-Nya.

Mari rasakanlah dialog dengan Tuhan dengan penuh kesantunan, ketundukan, kepatuhan, kerinduan, dan kecintaan kerpada-Nya. Rasakan dan rasakan Sang Diri menghadap-Nya dan melihat wajah-Nya dengan cipta rasa seorang hamba yang berserah diri dan kembali kepada-Nya. Jika diri kita benar-benar meyakini Tuhan kita ada dan Dia hidup serta dekat tentu saat kita memanggil dengan tulus nama Dia, pasti Dia akan hadir lalu mempersilahkan kita sebgai hamba untuk berdialog tentunya dalam getar santun dan hormat antara yang diciptakan dengan yang menciptakan, seorang hamba dengan Tuhannya.

*****

Dikutip dari buku berjudul : "YA TUHAN, IZINKAN AKU MENGENALMU"
Penulis : Mas Gun.

No comments:

Post a Comment