Tahap pertama yang dilakukan pada indera ini adalah meraba. Aktivitas ini adalah aktivitas biasa indera manusia dalam merasakan sesuatu melalui alat peraba yang terdapat pada seluruh sensor kulit dan pori-pori yang berada di sekujur tubuh. Tubuh kita merasakan sesuatu ketika menyentuh dan meraba sesuatu benda fisik. Seperti bersentuhnya kulit dengan angin, air, dan sinar matahari. Lalu kita merasakan bagaimana rasa dingin, sejuk, panas, hangat, gerah, menggigil, dab sebagainya.
Tahap kedua kita mulai mengenal apa itu rasa dingin, sejuk, panas, hangat, gerah, dingin, dan sebagainya. Rasa yang sulit untuk di bahasakan, tapi ia nyata, dan hanya mampu untuk dirasa. Kita mulai mengenal ada benda lain yang dirasakan masuk melalui indera perabaan. Kita mulai
mengenal bagaimana alam dirasakan dalam ragam rasa yang berbeda sesuai sifat dan bentuknya. Kita mengenal air, angin, dan api, dengan cara yang berbeda-beda dan dengan rasa yang berbeda-beda pula. Pada tahap ini, kitapun mampu mengenal Sang Pencipta dengan indera perabaan. Kita mulai di ajak untuk mengenali bagaimana Sang Khalik memberi kekuatan cipta rasa berupa perabaan. Kesadaran kita mulai terkagum-kagum kepada Sang Maha Sempurna.
Tahap ketiga adalah mengerti. Kita mulai mengerti dalam ruang kesadaran kita bahwa rasa meraba yang kita miliki adalah anugerah Allah yang sangat luar biasa. Hanya Allah yang mampu memberi rasa itu, bukan manusia, malaikat, jin, setan dan lain sebagainya. Kita mulai mengerti bagaimana Alah telah menciptakan seluruh susunan tubuh dengan sangat sempurna. Kita mulai mengerti arti pentingnya kekuatan dan daya indera manusia. Kita mulai bersyukur atas apa yang telah Allah berikan melalui kesadaran indera perabaan.
Tahap ke-empat, adalah memahami. Kita mulai memahami apa maksud dan tujuan Allah memberi anugerah indera perabaan. Kita mulai memahami apa reaksi, fungsi, dan manfaat kekuatan indera perabaan. Dari sini mulai tumbuh kesadaran dalam diri kia untuk menggunakan dan memanfaatkan kekuatan indera secara benar. Kesadaran kita terus mengajak kita untuk bersyukur dan bersyukur atas karunia yang diberikan Allah melalui indera perabaan. Lalu kesadaran syukur itu melahirkan rasa mawas diri, tawakal, ridha, ikhlas, dan sabar dalam memfungsikan dan memanfaatkan indera perabaan.
Tahap kelima, adalah meyakini. Kita mulai yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah-lah sumber dari segala sumber rasa. Allah-lah yang membangkitkan dan menyadarkan indera perabaan pada setiap manusia. Tanpa-Nya apalah arti diri dan tubuh. Kita tak bisa membayangkan apa jadinya kalau Allah tidak memberi rasa itu?. Apa jadinya tubuh manusia tanpa kekuatan indera perabaan?. Tentu hambar, kosong, hampa, tak sensitif, mati, kaku, dan sebagainya.
Melalui kesadaran meraba, mengenal, mengerti, memahami, dan meyakini, kita mulai menyadari adanya fungsi jiwa yang menggerakkan dan memanfaatkan kemampuan indera perabaan. Jiwalah yang menjadi mesin semua gerak perabaan, baik yang mampu disadari atau yang tidak disadari. Jiwalah yang memfungsikan indera atas izin dan sinyal dari Allah Swt, karena melalui jiwalah Dia menghembuskan kesadaran itu.
Dikutip dari buku “Ya Allah, izinkan aku mengenal-Mu”
Penulis : Mas Gun.
No comments:
Post a Comment